Amor Fati

By Ahmad Alfarid - Februari 14, 2024

 


Sepanjang jalan, sejauh pandang

Trotoar lengang dari pengamen kecil

Barangkali, ia sedang melilit perut menipu takdir, menyamarkan lapar dari bau restoran, atau uluran tangan sesama fakir

Melipat diri dan merengkuh nafas dalam selokan kota, tempatnya mencipta ruang ilusi

Tapi matanya tak terpejam, sebab perutnya terus berbunyi

Hahh...!!!

Betapa brengseknya kota ini

Tak gelisah melihat pengamen kecil berebut sisa makan dengan tikus dan kecoa di tong sampah sembari memuji-muji ilahi

Lampu merah mengintai curiga,

Suara halus memilukan diiringi tamborin merayu Dewi Fortuna

Pengamen kecil dikejar aparat, dan dibekuk nasib malang yang terlalu liar untuk diterka

Tukang becak tidur pulas diterbangkan mimpi ke batas imajinasi

Pemulung dan aroma sampah sibuk bertikai

Caleg dan kolega menggantung di tiang listrik, tertawa jenaka melihat dagelan siang ini

Malam kembali perawan,

Pengamen kecil berwajah lebam dilepaskan di pinggir jalan, koin seratusan berhamburan dari genggaman

Malam kembali sunyi sebab perutnya tak lagi berbunyi

Lampu jalan dan selokan kota merebak bau amis seperih belati, tikus dan kecoa berpesta tanpa saingan di tong sampah sambil menari-nari

Jalan kota lengang, trotoar terhampar bisu, agamawan hanyut merapal doa-doa nabi, pengamen kecil tergeletak tanpa suara, tanpa harapan dan denyut nadi

Ia lepaskan dari jari-jari yang dingin, dan harapan yang tumbuh di pucuk melati, diterbangkan menyibak cakrawala menuju ananta

Tuhan tersenyum menyambut nya,

Pengamen kecil mencumbui takdir seirama tuhan bertitah


Makassar, 20 Mei 2020

Versi audio tersedia di https://youtu.be/ugdQyGWxnmg?si=VS_n1aBWH2Roh_QZ

  • Share:

You Might Also Like

0 comments