![]() |
Pinterest: Jimdo GmbH |
Gunung, barangkali adalah ibu dalam wujud yang abadi
Menawarkan dekapan ternyaman, tempat bercerita bagaimana kefanaan dan absurdnya dunia menggelapkan mata, tertipu oleh ilusi dan harapan semu tentang kehidupan ini
Puncaknya seakan melambai, memanggil dari kejauhan, meminta meninggalkan rutinitas monoton dan mematikan jiwa yang diperbudak korporasi
"Berhentilah sejenak, aku terlalu indah hanya kau pandangi dari kusen jendela dan layar desktop dibalik meja kerja" bisiknya.
Keluar, meninggalkan rumah, belajar.
Bahwa setiap jejak kaki adalah perlawanan menaklukkan ego dan berdiam diri, meratapi nasib adalah kematian tanpa ajal
Bahwa seorang, yang berjuang untuk kehidupannya, pantang berbalik badan menuruti dikte sebelum merampungkan amanah
Meski lelah melangkah di jalur berbatu, nafas tersengal mencari celah, tubuh dan khayalan berbalut antara adu dan peluh, sementara siluet hitam puncak sejati membuat darah mendidih untuk menjangkaunya sembari menimbang rasa aman dan resiko yang tak bisa ditawar
Bentangan hutan beserta misterinya seakan menegaskan tahta tertinggi di alam liar adalah ketidakpastian, ia berdiri satu tingkat dibawah kuasa tuhan sementara manusia adalah tempatnya keterbatasan dan ketidaktahuan
Hening alam, tenggelam dalam dekapan kesunyian bagi seorang yang kehilangan rasa adalah adalah candu untuk jiwa yang adiksi
Sebaris garis jingga dan semburat ungu umpama melodi di batas cakrawala adalah secangkir kopi pahit berseduh kerinduan, dan asapnya beraroma kenangan
Pada akhirnya, gunung jua lah yang mengajarkan bahwa ketidakpastian memintaku untuk meninggalkan puncaknya
Bagi seorang yang berjalan menyibak kesunyian seorang diri takkan kehilangan pegangan saat menghadapi realita kehidupannya
Bahwa puncak gunung bukanlah tujuan akhir, ia hanyalah penyembuh, persinggahan membuang lelah, sementara tempat segala kenyataanmu ada pada kota, jangan lari katanya.
Pulanglah, aku hanyalah ilusi dari pelukan ibumu, kenyamanan dan ketentraman yang aku tawarkan adalah jelmaan dari doa dan kerinduannya, meski itu abadi.
0 comments